Comments

Pages

Sabtu, 26 September 2020

8 Ekspektasi & Realita yang Mungkin Akan Dialami Mahasiswa PILKOM

Posted by at 01.52 Read our previous post

Tulisan ini bertujuan bukan untuk membuat pembacanya patah semangat, tetapi sebagai pengetahuan lebih untuk memiliki visi hidup yang dimulai dari awal kuliah atau menjelang lulus. Agar bisa menghindari resiko terburuk dalam berkarir di Dunia Kerja. Selamat Membaca!


1. Minat Skripsi bisa memilih

Ekspektasi : Mahasiswa bisa memilih 2 opsi, skripsi yang mengarah ke IT murni atau mengarah ke Pendidikan dengan minat Programming/Jaringan/Multimedia/dll

Realita : Mahasiswa akhir tak bisa memilih sesuai minat

Mahasiswa Pilkom akan diminta membuat aplikasi media pembelajaran interaktif berbasis programming yang mana semua judul hampir mirip, yang membedakan hanyalah kontennya saja. Metode pembelajaran yang digunakan mengikuti konten apa yang akan diambil.

 

2. Gak bisa Coding

Ekspektasi : Gak bisa ngoding mah gak masalah, yang penting tuh rajin belajar dan ngerjain tugas

Realita : Gak bisa ngoding, masalah besar!

Sesekali tanya lah dengan kakak tingkat yang sudah mengambil skripsi, minta sharing apa kendalanya selama mengerjakan skripsi. Jika dibenak kalian skripsi adalah hanya melakukan penelitian. Kalian salah besar! Karena di Prodi Pilkom Kita diminta MEMBUAT aplikasi kemudian MENELITI efektivitasnya. Kalau mau lulus mau tidak mau, suka tidak suka harus bisa ngoding.

 

3. Lulus kuliah, kerja jadi Programmer

Ekspektasi : Gak jadi guru gak masalah, jadi Programmer aja di perusahaan ternama dengan gaji selangit

Realita : Emang semudah itu jadi Programmer?

Semester 1 semester 2 okelah pelajarannya masih mudah, masih membayangkan gimana enaknya buat aplikasi pakai bahasa pemrograman + dapat project yang menghasilkan uang. Tapi setelah menginjak semester 7 masih yakin mau jadi programmer? Keyakinan saya mahasiswa yang menjadi programmer itu adalah orang-orang pilihan atau memang punya bakat dari lahir, gak semua orang bisa jadi programmer. Bikin aplikasi itu susah, apalagi dengan permintaan dan ekspektasi konsumen lu harus benar-benar ngasah kemampuan yang mumpuni.

 

4. Guru IT mesti dibayar mahal

Ekspektasi : Jadi Guru IT itu keren karena selalu update teknologi

Realita : Guru IT harus selalu belajar dan membayar lebih

Guru mata pelajaran Matematika, IPA, Agama dan lainnya selalu mengajarkan ilmu yang sama setiap tahunnya, materi perkalian pembagian tidak akan berubah sejak zaman dahulu kala sampai sekarang. Begitu pula materi tentang makhluk hidup tidak jauh berbeda dengan perubahan materinya. Berbeda dengan Guru IT, teknologi semakin hari semakin berkembang meskipun dasar pengetahuannya sama dalam logika pemrograman, tapi materi tahun 2010 pasti berbeda dengan tahun 2020. Guru IT dituntut untuk belajar dan mengajarkan teknologi baru kepada anak didiknya. Maka Guru IT akan mengeluarkan uang lebih untuk berinisiatif mempelajari teknologi masa depan. Sedangkan dari sudut pandang guru honorer, Guru IT mendapatkan upah yang sama dengan Guru matpel lainnya. Hal itu yang menurut saya Guru IT perlu diberi upah yang berbeda dengan Guru Matpel lainnya.

 

5. Biaya kuliah x Gaji Guru

Ekspektasi : Biaya kuliah tinggi maka Kerjaan harus bergaji tinggi pula

Realita : Jika bukan PNS, Gaji guru honorer dibawah UMR

Biaya kuliah tidak sebanding dengan gaji pekerjaan (guru honorer sekolah negeri). Sebagaimana diketahui bersama berapa mahalnya biaya kuliah Pilkom di FKIP ULM, bisa dikatakan biaya UKT termahal dibanding prodi lainnya, belum lagi fasilitas penunjang selama perkuliahan. Nelayan kalau gak punya jaring atau alat pancing percuma ke tengah laut begitu juga Mahasiswa Pilkom, kalau gak punya Laptop gak akan bisa belajar. Sedangkan saat sudah lulus, bekerja sesuai dengan prospek menjadi guru komputer honorer gaji hanya berkisar di angka Rp. 600.000 - Rp. 1.500.000. Memang harapan semua orang menjadi PNS, tapi bila tidak lolos maka guru honorer adalah solusinya meski gaji tidak mencapai UMR.

 

6. Lambat lulus gak masalah

Ekspektasi : Lambat lulus tidak mempengaruhi karir, yang terpenting skill

Realita : Ketika masuk Perusahaan atau Instansi, lamanya kuliah berpengaruh dalam penerimaan karyawan

Karena saat ini penulis bekerja di salah satu perusahaan swasta maka memiliki pengalaman informasi dalam penerimaan karyawan. Lamanya masa studi yang tertera pada Curriculum Vitae (CV) menjadi salah satu tolak ukur seorang calon karyawan diterima tidaknya dalam perusahaan. Semisal lulus 5 tahun, calon karyawan wajib memberikan alasan yang tepat. Apakah karena memiliki banyak prestasi atau memiliki banyak organisasi yang mengakibatkan lamanya masa studi.


7. CPNS Posisi Guru Komputer

Ekspektasi : PNS bidang guru TIK/TKJ/MM/RPL hanya bisa dilamar oleh lulusan Pendidikan Ilmu Komputer

Realita : Nyatanya seluruh sarjana Komputer murni juga bisa melamar

Optimis peluang besar posisi Guru komputer di Kalimantan Selatan hanya bisa dilamar oleh lulusan mahasiswa yang mengerti IT sekaligus cara mengajar, 2 prodi nya ialah Prodi Pendidikan Ilmu Komputer ULM dan Prodi PTI STKIP PGRI BJM. Kenyataannya lulusan IT murni juga dapat melamar di posisi tersebut. Kecewa jelasnya, sistem CPNS hanya bergantung pada nilai SKD dan Passing Grade yang diperoleh. Tidak menilai apakah bisa mengajar atau tidak.

 

8. CPNS IT Murni

Ekspektasi : Selain menjadi guru Komputer, lulusan Pilkom bisa melamar diposisi staff ahli bidang IT

Realita : Nyatanya saat CPNS 2019 kemarin tidak bisa memilih selain menjadi guru SMK bidang TKJ/MM/RPL.

Ini juga satu-satunya kekecewaan dalam penerimaan CPNS tahun kemarin, beberapa posisi staff IT tidak bisa dilamar (tidak ada pilihan) dan hanya menerima lamaran dari Prodi IT murni seperti Ilmu komputer, teknik komputer, teknik informatika dan turunan lainnya. Meski ada satu posisi yang bisa dilamar selain Guru Komputer pada posisi Staff IT dibawah kemenag. Tetap saja mayoritas puluhan posisi IT lainnya tidak bisa dilamar oleh prodi Pendidikan Komputer. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

© Ilmu Fajar is powered by Blogger - Template designed by Stramaxon - Best SEO Template